Langsung ke konten utama

ANTARA MASA DEPAN DAN KELUARGA

  Antara Masa Depan dan Keluarga

Ini adalah sepenggal cerita sedih shinta ,yang mengakhiri dunia perkuliahan karena terkendala biaya. Ini terjadi pada diri saya di awal tahun 2012 silam.

Shinta adalah Mahasiswa di salah satu Perguruan Tinggi Negeri diJakarta, dan memfokuskan diri pada jurusan Manajemen . Entah kenapa, sejak kecil Shinta sangat mendambakan untuk bisa memegang gelar Sarjana Ekonomi.

Namun semua realita tidak berjalan sesuai harapan, dia mendapati suatu kendala yang tak bisa dipungkiri, dan mengharuskanku untuk menerima semuanya dengan lapang dada. Ya, masih masalah klasik, yakni Biaya.

Kendala terbesar bukan di situ, namun keadaan kesehatan sang Ayah di kampung yang kian memburuk dari hari ke hari. Keuangan yang ada semakin menipis karena totalitas dialihkan untuk biaya pengobatan beliau.

Kisah bermula ketika tiba saatnya untuk membayar uang semester, yang seingat aku berjumlah Rp.3.800.000,- / 6 bulan. 1 minggu sebelum ambang pembatasan berakhir, ibu menelponku..

“Assalamualaikum..” buka ibu.

“Waalaikumsalam bu..” jawabku.

“Nak, ibu cuman mau bilang, kalo kesehatan ayahmu semakin memburuk. Untuk biaya SPP kuliahmu sudah ada, tapi sepertinya keadaan ayahmu mengharuskan dia untuk berobat. Sedangkan uang hanya tinggal untuk SPP kamu saja..” ungkap ibu dengan nada sedikit lirih.


Aku tidak bisa berkata banyak, selain air mata yang perlahan jatuh. Dengan berusaha tenang, aku memutuskan sesuatu yang sangat bertolak dengan keinginanku selama ini.

“Bu, kesehatan ayah lebih penting, soal SPP aku, jangan dipikirkan dulu, lebih baik alihkan uang tersebut untuk biaya pengobatan ayah..” ucapku.

“Kamu yakin? Jadi bagaimana soal perkuliahanmu? Bukannya kamu bilang kalau ambang akhir pembatasan adalah akhir Minggu ini..?” Tanya ibu.

“Iya bu, batasnya memang minggu ini. Tidak apa-apa bu, tidak perlu dipikirkan, pengobatan ayah lebih penting..” tuturku.

“Jadi, bagaimana dengan nasib perkuliahanmu..?” Tanya ibu kembali.


“Bu, aku udah memikirkan ini sejak kemarin malam, aku memutuskan untuk berhenti kuliah dan pulang ke kampung berkumpul lagi dengan kalian semua…” Ucapku.

Jujur, ini adalah keputusan paling pahit yang pernah aku keluarkan sepanjang hidupku. Ibu terdiam sejenak dan kemudian menjawab..

“Nak, jika memang itu yang kamu inginkan, ibu tidak bisa berkata banyak lagi. Ibu cuman mau kamu bisa memahami bagaimana keadaan ekonomi kita sekarang..” gumam ibu.

“Iya bu, aku paham dan mengerti. Jadi jangan pikir panjang lagi soal perkuliahanmu, fokus saja untuk pengobatan ayah..” kuakhiri pembicaraan.


Setelah telepon kututup, rasa berkecamukpun muncul dikepala, aku baru saja mengeluarkan suatu keputusan terpahit, yang sejatinya sangat tidak aku inginkan.

Semenjak saat itu, aku hanya memikirkan bagaimana nasib masa depanku kelak jika tidak terlahir sebagai seorang pemuda yang punya gelar pendidikan. Namun karena keadaan memaksaku seperti ini, aku hanya bisa bersabar dan bertawakkal kepada Allah SWT.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

IMPIAN IBU

  Namaku Ayu , seorang mahasiswi jurusan Keperawatan di salah satu Universitas Negeri di Indonesia. Dari kecil, aku bercita-cita menjadi orang yang berguna bagi banyak orang, yakni menjadi Dokter. Saya baru tamat SMA tahun ini dan Alhamdulillah diterima di kampus favoritku. Kedua orangtua, keluarga dan family juga sangat mendukung cita-citaku tersebut, yang tentunya menambah semangat bagiku. Perkuliahan akan dimulai Minggu depan, semua persiapan sudah lengkap, begitu juga dengan sewa kontrakan. Suatu hari, ibu mengajakku ke rumah nenek yang berada tidak jauh dari rumahku. “Ayu, nanti siang kita ke rumah nenekmu ya..”  Ucap ibu. “Baik bu, memangnya ada apa ya..?”  Tanyaku. “Nenek katanya mau ketemu sama kamu..”  jawab ibu. “Baik bu..”  tutupku. Sesampainya di rumah nenek, aku dan ibu ditawarkan berbagai makanan dan minuman yang dibuat langsung oleh beliau. Kami bertiga berbincang beberapa saat. Tiba-tiba, nenek mulai membuka obrolan mengenai perkukiahanku. “Ayu, ...

MENGENAL PENERBIT INDIE

  MENGENAL PENERBIT INDIE Pertemua kali ini memasuki resume ke tujuhbelas di BM 26 seperti biasa pemateri dan moderator memperkenalkan diri  narasumber kita kali ini bapak Mukminin .YUK KITA SIMAK PROFIL BELIAU : https://cakinin.blogspot.com/2020/10/curiculum-vitae.html Pada zaman melinial ini semua orang bisa menulis dan menerbitkan buku. Baik sebagai pelajar, mahasiswa, pegawai, guru, dosen, maupun wiraswasta. Menulis dan menerbitkan buku itu mudah, tidak serumit yang kita bayangkan. Apalagi sebagai seorang guru pasti bisa menulis baik fiksi maupun karya ilmiah. Guru memiliki banyak kisah dan pengalaman inspiratif yang perlu kita tulis dan terbitkan sehingga bermanfaat bagi orang lain/ pembaca. Menulis itu butuh ketekunan dan perjuangan. Selain itu, perlu juga tekad dan motivasi tinggi agar tidak goyah saat menjalani proses menulis. Tahapan Cara Menulis dan Menerbitkan buku Seorang yang ingin  bisa menulis dan menerbitkan buku, maka perlu memahami tahapan menerbitkan bu...