Berbohong yang berujung Malu
Hari itu, cuaca cukup panas, ditambah lagi kantin yang terisi penuh dan akhirnya berdesak-desakan. Aku dan Huda bahkan memutuskan untuk tidak jadi berbelanja saking ramenya saat itu.
Di sisi lain, waktu jam istirahat tinggal beberapa menit lagi. Akhirnya aku dan Huda hanya membeli minuman dan mengurungkan niat untuk makan di kantin. Karena jika memaksakan makan, maka akan terlambat masuk kelas.
“Yaudah Da, kayaknya kalo dipaksain makan, kita nanti bakal telat, kita beli minuman aja. Nanti pas istirahat kedua, kita baru makan. Gimana…?” Tawarku.
Huda yang sejak dulunya hobi makan, terus memaksaku untuk makan. Dia seakan-akan tidak peduli dengan lonceng bel masuk.
“Gapapa Ri, kita makan aja, bentar itu mah, ga bakal pake lama..” sambungnya.
“Enggak ah Da, aku gak yakin soal itu, pasti nanti telat. Tapi kalo kamu emang udah lapar banget, yaudah kamu makan aja, tapi aku duluan masuk kelas yaglh..?” ucapku.
“Oke sip Ri, kamu duluan aja kalo gitu..” tuntasnya.
Akhirnya akupun lebih dulu masuk kelas. Benar saja, baru sampai pintu kelas, bel masuk telah berbunyi, aku menunggu Huda yang belum kunjung datang, sementara guru sudah masuk.
Setelah pengambilan absen, tidak lama kemudian Huda masuk dengan tergesa-gesa.
“Permisi buk, maaf saya terlambat..” ujar Huda.
“Kamu dari mana saja..?, Kamu baru selesai memanjat kelapa ya..?” Tanya guru.
“Enggak lah buk, aku barusan dari WC buk, soalnya kebelet buang air kecil..” bela Huda.
“Masa iya kamu dari WC..? Pasti kamu baru selesai memanjat kelapa nih, soalnya itu ada parutan santan kelapa di bibir kamu..” jawab guru.
Akhirnya Huda mengaku dan menghapus parutan santan kelapa yang menempel di pipinya, dan seisi kelaspun tertawa sembari Huda yang terlanjur malu.
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Komentar
Posting Komentar