Langsung ke konten utama

Berita Kelulusan


Beberapa hari terakhir ini, rasa takut dan khawatir tak pernah hilang dari pikiranku. Siang dan malam selalu terbayang seperti apa jadinya bila ternyata anak ku tidak lulus. Aku tidak tahu harus melakukan apa,

Hari ini, adalah hari dimana pengumuman kelulusan itu dikeluarkan pihak sekolah. Aku berangkat  bersama ananku   dengan seragam seperti biasa, hanya saja hari dan pikiranku yang tak seperti biasanya.

Seluruh murid kelas 9 telah berkumpul di halaman sekolah, sedangkan murid kelas 7-8 diliburkan. Acara dimulai dengan kata sambutan bapak Kepala Sekolah, kemudian diikuti oleh beberapa wali murid.

Aku dan anakku dan teman-teman sebenarnya tidak konsentrasi mendengar perkataan para guru, pikiran kami semua diselimuti rasa kecemasan, terhadap keputusan akhir yang hanya berselang beberapa menit lagi.

“Baiklah, anak-anak yang kami cintai. Sekarang, hasil kelulusan sudah di tangan bapak. Sebentar lagi akan bapak tempel di dinding kantor. Untuk itu, mohon jangan berdesak-desakan ya..” ujar Bapak Kepala Sekolah.


Mendengar ucapan tersebut, jantung berdetak semakin kencang dan tidak karuan. Bapak Kepala Sekolah perlahan menuju dinding dan menempelnya.  Anaku  dan semua murid kelas 9 berbondong-bondong menghadap dinding.

Anakku sama sekali tidak melihat namnya, namun mataku lebih tertuju pada suku kata “Lulus / Tidak Lulus”. Dan benar saja, ternyata ada 1 murid yang dinyatakan “Tidak Lulus” dan itu bukan nama anakku, melainkan Riva Saputri, teman sekelas anakku

Aku langsung mencarinya dan melihat dia sedang menangis terisak-isak, dikelilingi beberapa teman lain yang sedang membujuknya. Akupun menghampirinya dan ikut menenangkan.

“Va, aku tau kamu sedih, namun inilah hasil yang harus kita terima. Bagaimanapun, kamu harus tetap sabar dan rela dengan keputusan yang ada ya Va…” Ucapku. Dia tidak menjawab dan hanya terus menangis.

Tiba-tiba saja, suara TOA yang asalnya dari Kantor terdengar. Suara lantang Bapak Kepala Sekolah yang sedikit tergesa-gesa berkata..

“Anak-anak semua, mohon maaf atas kesalahan penulisan yang terjadi pada lembaran hasil ujian nasional yang baru saja bapak tempel. Ada kesalahan yang sangat fatal, dimana anak kami yang bernama Riva Saputri ternyata Lulus. Sekali lagi bapak minta maaf..” Ucap Bapak Kepala Sekolah.


Mendengar kalinat tersebut, senyum sumringah langsung terpancar dari bibir Riva, begitu pula anak  aku dan semua teman-teman yang saat itu berada didekatnya. Riva langsung berdiri meloncat riang gembira.

Dia memelukku dan semua teman-teman yang didekatnya.  anak Aku dan semua murid kelas 9  dinyatakan lulus ujian nasional dengan persentase 100%. Kebahagiaan yang tak ternilai harganya..


Komentar

Postingan populer dari blog ini

ANTARA MASA DEPAN DAN KELUARGA

    Antara Masa Depan dan Keluarga Ini adalah sepenggal cerita sedih shinta ,yang mengakhiri dunia perkuliahan karena terkendala biaya. Ini terjadi pada diri saya di awal tahun 2012 silam. Shinta adalah Mahasiswa di salah satu Perguruan Tinggi Negeri diJakarta, dan memfokuskan diri pada jurusan Manajemen . Entah kenapa, sejak kecil Shinta sangat mendambakan untuk bisa memegang gelar Sarjana Ekonomi. Namun semua realita tidak berjalan sesuai harapan, dia mendapati suatu kendala yang tak bisa dipungkiri, dan mengharuskanku untuk menerima semuanya dengan lapang dada. Ya, masih masalah klasik, yakni Biaya. Kendala terbesar bukan di situ, namun keadaan kesehatan sang Ayah di kampung yang kian memburuk dari hari ke hari. Keuangan yang ada semakin menipis karena totalitas dialihkan untuk biaya pengobatan beliau. Kisah bermula ketika tiba saatnya untuk membayar uang semester, yang seingat aku berjumlah Rp.3.800.000,- / 6 bulan. 1 minggu sebelum ambang pembatasan berakhir, ibu menelpon...

IMPIAN IBU

  Namaku Ayu , seorang mahasiswi jurusan Keperawatan di salah satu Universitas Negeri di Indonesia. Dari kecil, aku bercita-cita menjadi orang yang berguna bagi banyak orang, yakni menjadi Dokter. Saya baru tamat SMA tahun ini dan Alhamdulillah diterima di kampus favoritku. Kedua orangtua, keluarga dan family juga sangat mendukung cita-citaku tersebut, yang tentunya menambah semangat bagiku. Perkuliahan akan dimulai Minggu depan, semua persiapan sudah lengkap, begitu juga dengan sewa kontrakan. Suatu hari, ibu mengajakku ke rumah nenek yang berada tidak jauh dari rumahku. “Ayu, nanti siang kita ke rumah nenekmu ya..”  Ucap ibu. “Baik bu, memangnya ada apa ya..?”  Tanyaku. “Nenek katanya mau ketemu sama kamu..”  jawab ibu. “Baik bu..”  tutupku. Sesampainya di rumah nenek, aku dan ibu ditawarkan berbagai makanan dan minuman yang dibuat langsung oleh beliau. Kami bertiga berbincang beberapa saat. Tiba-tiba, nenek mulai membuka obrolan mengenai perkukiahanku. “Ayu, ...

MENGENAL PENERBIT INDIE

  MENGENAL PENERBIT INDIE Pertemua kali ini memasuki resume ke tujuhbelas di BM 26 seperti biasa pemateri dan moderator memperkenalkan diri  narasumber kita kali ini bapak Mukminin .YUK KITA SIMAK PROFIL BELIAU : https://cakinin.blogspot.com/2020/10/curiculum-vitae.html Pada zaman melinial ini semua orang bisa menulis dan menerbitkan buku. Baik sebagai pelajar, mahasiswa, pegawai, guru, dosen, maupun wiraswasta. Menulis dan menerbitkan buku itu mudah, tidak serumit yang kita bayangkan. Apalagi sebagai seorang guru pasti bisa menulis baik fiksi maupun karya ilmiah. Guru memiliki banyak kisah dan pengalaman inspiratif yang perlu kita tulis dan terbitkan sehingga bermanfaat bagi orang lain/ pembaca. Menulis itu butuh ketekunan dan perjuangan. Selain itu, perlu juga tekad dan motivasi tinggi agar tidak goyah saat menjalani proses menulis. Tahapan Cara Menulis dan Menerbitkan buku Seorang yang ingin  bisa menulis dan menerbitkan buku, maka perlu memahami tahapan menerbitkan bu...