Langsung ke konten utama

Tidak Semua Seberuntung Kita


Malam minggu sehabis pulang dari rumah teman, ibu mengajakku ke pasar tradisional yang letaknya di perempatan, kira-kira sekitar 500 meter dari rumah.

Ky, besok pagi temani ibu ke pasar ya, mumpung besok kamu libur sekolah. Bapak kamu pengen dimasakin sayur buncis dan ikan asin..” ucap ibu.

“Baik bu..” jawabku sembari membaringkan badan di tempat tidur.

Keesokan harinya, sehabis mandi aku memanaskan motor dan mengisi bensin di warung sebelah sebelum menuju pasar, aku pun melihat ibu sudah bersiap-siap untuk berangkat.

Sesampainya di pasar, sungguh tersentuh hatiku melihat seorang peminta-minta di samping tempat parkir, memegang sebuah buku bertuliskan “Belajar Menulis dan Membaca”.

Sontak saja air mataku mengalir perlahan menyaksikan kenyataan tersebut. Aku mulai menyadari betapa banyaknya saudara/i di luar sana yang tidak punya kesempatan bersekolah secara formal.

Karena merasa iba dan kasihan, aku berinisiatif untuk memberikannya makanan dan beberapa buku pembelajaran, tanpa sepengetahuan ibu.

Sembari menunggu ibu selesai belanja, aku bergegas membeli beberapa jenis makanan serta buku bahan bacaan untuk si peminta-minta tersebut.

Di tengah obrolan dengan anak itu, aku melihat ibu sudah sampai di parkiran. Akupun pamit dari anak tersebut dan dia benar-benar berterima kasih kepadaku.

“Bu, udah lama..?” Tanyaku.

“Belum. Kamu dari mana aja tadi..?” Tanya ibu penasaran.

“Dari situ bu..” ucapku sambil menunjuk ke arah anak tersebut.

“Aku mengelikannya makanan dan buku. Aku sangat kasihan dengannya yang kurang beruntung baik dari segi ekonomi maupun pendidikan..” sambungku.

“Bagus, akhirnya kamu menyadari bagaimana dunia ini menciptakan perbedaan, dan itulah yang harus selalu disyukuri setiap manusia. Jadikan kenyataan pagi ini sebagai motivasi dan inspirasi bagi kamu, untuk tidak bermalas-malasan dalam menuntut ilmu..” tuntas ibu.

“Baik bu, aku tidak akan menyia-nyiakan setiap kesempatan yang ada..” tutupku.

Kemudian Aku dan ibu langsung pulang menuju rumah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ANTARA MASA DEPAN DAN KELUARGA

    Antara Masa Depan dan Keluarga Ini adalah sepenggal cerita sedih shinta ,yang mengakhiri dunia perkuliahan karena terkendala biaya. Ini terjadi pada diri saya di awal tahun 2012 silam. Shinta adalah Mahasiswa di salah satu Perguruan Tinggi Negeri diJakarta, dan memfokuskan diri pada jurusan Manajemen . Entah kenapa, sejak kecil Shinta sangat mendambakan untuk bisa memegang gelar Sarjana Ekonomi. Namun semua realita tidak berjalan sesuai harapan, dia mendapati suatu kendala yang tak bisa dipungkiri, dan mengharuskanku untuk menerima semuanya dengan lapang dada. Ya, masih masalah klasik, yakni Biaya. Kendala terbesar bukan di situ, namun keadaan kesehatan sang Ayah di kampung yang kian memburuk dari hari ke hari. Keuangan yang ada semakin menipis karena totalitas dialihkan untuk biaya pengobatan beliau. Kisah bermula ketika tiba saatnya untuk membayar uang semester, yang seingat aku berjumlah Rp.3.800.000,- / 6 bulan. 1 minggu sebelum ambang pembatasan berakhir, ibu menelpon...

IMPIAN IBU

  Namaku Ayu , seorang mahasiswi jurusan Keperawatan di salah satu Universitas Negeri di Indonesia. Dari kecil, aku bercita-cita menjadi orang yang berguna bagi banyak orang, yakni menjadi Dokter. Saya baru tamat SMA tahun ini dan Alhamdulillah diterima di kampus favoritku. Kedua orangtua, keluarga dan family juga sangat mendukung cita-citaku tersebut, yang tentunya menambah semangat bagiku. Perkuliahan akan dimulai Minggu depan, semua persiapan sudah lengkap, begitu juga dengan sewa kontrakan. Suatu hari, ibu mengajakku ke rumah nenek yang berada tidak jauh dari rumahku. “Ayu, nanti siang kita ke rumah nenekmu ya..”  Ucap ibu. “Baik bu, memangnya ada apa ya..?”  Tanyaku. “Nenek katanya mau ketemu sama kamu..”  jawab ibu. “Baik bu..”  tutupku. Sesampainya di rumah nenek, aku dan ibu ditawarkan berbagai makanan dan minuman yang dibuat langsung oleh beliau. Kami bertiga berbincang beberapa saat. Tiba-tiba, nenek mulai membuka obrolan mengenai perkukiahanku. “Ayu, ...

MENGENAL PENERBIT INDIE

  MENGENAL PENERBIT INDIE Pertemua kali ini memasuki resume ke tujuhbelas di BM 26 seperti biasa pemateri dan moderator memperkenalkan diri  narasumber kita kali ini bapak Mukminin .YUK KITA SIMAK PROFIL BELIAU : https://cakinin.blogspot.com/2020/10/curiculum-vitae.html Pada zaman melinial ini semua orang bisa menulis dan menerbitkan buku. Baik sebagai pelajar, mahasiswa, pegawai, guru, dosen, maupun wiraswasta. Menulis dan menerbitkan buku itu mudah, tidak serumit yang kita bayangkan. Apalagi sebagai seorang guru pasti bisa menulis baik fiksi maupun karya ilmiah. Guru memiliki banyak kisah dan pengalaman inspiratif yang perlu kita tulis dan terbitkan sehingga bermanfaat bagi orang lain/ pembaca. Menulis itu butuh ketekunan dan perjuangan. Selain itu, perlu juga tekad dan motivasi tinggi agar tidak goyah saat menjalani proses menulis. Tahapan Cara Menulis dan Menerbitkan buku Seorang yang ingin  bisa menulis dan menerbitkan buku, maka perlu memahami tahapan menerbitkan bu...